POLIMER

Kategori Berita
Ancaman Polimer Sintetik Bagi Kesehatan Manusia (Bagian I)
Oleh Sapto Nugroho Hadi
Mahasiswa Program Sarjana Departemen Biokimia IPB

Pernahkah dalam satu hari saja, kita tidak menggunakan bahan-bahan yang terbuat dari polimer sintetik seperti plastik misalnya? Tentu tidak bukan! Polimer sintetik tidak pernah lepas dalam kehidupan kita. Mereka telah menjadi bagian yang erat dan menjadi kebutuhan primer bagi kita. Perlengkapan rumah tangga, perlengkapan sekolah, perangkat komputer, telepon, kabel, mainan anak-anak, pembungkus makanan sampai klep jantung buatan, semuanya tidak lepas dari campur tangan polimer sintetik. Polimer sintetik telah banyak berjasa dan memberi kemudahan bagi kita dalam menghadapi kehidupan sehari-hari. Namun benarkah tidak ada masalah yang ditimbulkannya? Tulisan ini dibuat bukan untuk menakut-nakuti, tetapi memberi sedikit informasi tentang bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh polimer sintetik bagi kesehatan kita. Sehingga kita diharapkan bisa lebih berhati-hati dan lebih selektif dalam pemanfaatan polimer buatan ini. Sebelum menuju pokok permasalahan tentang kemungkinan ancaman bahaya dari polimer sintetik ini, alangkah baiknya jika kita terlebih dahulu mengenal secara singkat tentang polimer. Apa itu polimer dan bagaimana sejarahnya sehingga begitu pesat dikembangkan oleh dunia industri di seluruh belahan bumi.
Definisi dan Jenis Polimer
Hart (1983) dalam bukunya, Organic Chemistry, menyebutkan bahwa polimer (poly = banyak, meros = bagian) adalah molekul raksasa yang biasanya memiliki bobot molekul tinggi, dibangun dari pengulangan unit-unit. Molekul sederhana yang membentuk unit-unit ulangan ini dinamakan monomer. Sedangkan reaksi pembentukan polimer dikenal dengan istilah polimerisasi.
Polimer digolongkan menjadi dua macam, yaitu polimer alam (seperti pati, selulosa, dan sutra) dan polimer sintetik (seperti polimer vinil). Plastik yang kita kenal sehari-hari sering dipertukarkan dengan polimer sintetik. Ini dikarenakan sifat plastik yang mudah dibentuk (bahasa latin; plasticus = mudah dibentuk) dikaitkan dengan polimer sintetik yang dapat dilelehkan dan diubah menjadi bermacam-macam bentuk. Padahal sebenarnya plastik mempunyai arti yang lebih sempit. Plastik termasuk bagian polimer termoplastik, yaitu polimer yang akan melunak apabila dipanaskan dan dapat dibentuk sesuai pola yang kita inginkan. Setelah dingin polimer ini akan mempertahankan bentuknya yang baru. Proses ini dapat diulang dan dapat diubah menjadi bentuk yang lain. Golongan polimer sintetik lain adalah polimer termoset (materi yang dapat dilebur pada tahap tertentu dalam pembuatannya tetapi menjadi keras selamanya, tidak melunak dan tidak dapat dicetak ulang). Contoh polimer ini adalah bakelit yang banyak dipakai untuk peralatan radio, toilet, dan lain-lain.


Gambar 1. Struktur bakelit
Perkembangan Polimer Sintetik
Penemuan dan pengembangan polimer sintetik didasari pada adanya beberapa keterbatasan yang ditemukan manusia pada pemanfaatan polimer alam. Sebagai contoh, polimer alam seperti karet alam memiliki beberapa keterbatasan seperti berbau, lunak dan lengket jika suhu udara terlalu panas, keras dan rapuh jika suhu udara terlalu dingin, berbau, dan sering melekat pada saat pengolahannya. Selain itu ketersediaan yang terbatas di alam menjadi faktor pembatas pemanfaatannya. Indonesia sendiri bersama Malaysia menjadi negara pemasok kebutuhan karet terbesar di dunia.

Karena beberapa keterbatasan tersebut, manusia mengganti penggunaan karet alam dengan polimer sintetik seperti poliisoprena (polimer dari isoprena; 2-metil-1,3-butadiena), suatu zat yang memiliki sifat seperti karet alam namun bahan ini tidak dipanen dari kebun karet. Selain itu masih ada contoh karet sintetik yang dewasa ini banyak dimanfaatkan seperti neoprena (polimer dari kloroprena) yang digunakan untuk insulator kawat dan kabel, butadiena stirena (kopolimer dari 1,3-butadiena (75%) dan sirena (25%)) yang banyak digunakan oleh industri ban kendaraan bermotor.
nCH2 = CHC6H5 + 3nCH2 = CH - CH = CH2
radikal bebas inisiator


Gambar 2. Reaksi pembentukkan SBR
Contoh lain dari polimer alam yang mulai diganti penggunaannya adalah serat untuk keperluan tekstil. Serat seperti kapas, wol, dan sutera meskipun sampai sekarang masih digunakan sebagai bahan baku dalam industri tekstil, tetapi karena keterbatasan ketersediaan dan memiliki kelemahan dalam hal ketahanan terhadap regangan dan kerutan serta serangan ngengat (sejenis serangga), mulai digantikan oleh polimer sintetik seperti poliakrilonitril (Orlon, Acrilan, Creslan), poliester (dacron), dan poliamida (nylon). Selain itu untuk lebih memuaskan selera, manusia juga telah mengembangkan polimer sintetik untuk industri tekstil yang terbuat dari bahan yang tahan api seperti tris [tris (2,3-dibromopropil)] fosfat.


Gambar 3. Struktur nilon
Polimer sintetik lain yang perkembangannya sangat pesat adalah plastik. Kemudahan dan keistimewaan plastik sedikit banyak telah dapat menggantikan bahan-bahan seperti logam dan kayu dalam membantu kehidupan manusia.
Sejak ditemukan oleh seorang peneliti dari Amerika Serikat pada tahun 1968 yang bernama John Wesley Hyatt, plastik menjadi primadona bagi dunia industri. Produksinya di seluruh negara lebih dari 100 juta ton per tahunnya.
Contoh plastik yang banyak digunakan dalam kehidupan kita adalah polietilena (bahan pembungkus, kantong plastik, mainan anak, botol), teflon (pengganti logam, pelapis alat-alat masak), polivinilklorida (untuk pipa, alat rumah tangga, cat, piringan hitam), polistirena (bahan insulator listrik, pembungkus makanan, styrofoam, mainan anak), dan lain-lain.


Gambar 3. Beberapa contoh struktur polimer plastik
Polimer ialah rangkaian atom yang panjang dan berulang-ulang dan dihasilkan daripada sambungan beberapa molekul lain yang dinamakan monomer. Monomer-monomer ini mungkin serupa, atau mungkin juga mempunyai satu atau lebih kumpulan kimia yang diganti. Perbezaan-perbezaan ini boleh mempengaruhi sifat-sifat polimer seperti keterlarutan, kebolehan untuk dilenturkan atau kekuatan. Dalam protein, perbezaan-perbezaan ini membolehkan polimer menjadi suatu struktur tertentu, bukannya menjadi lingkaran rawak. Sungguhpun kebanyakan polimer ialah polimer organik, terdapat juga polimer inorganik, yang juga dikenali sebagai polimer sintetik.
Istilah polimer merangkumi kumpulan molekul yang besar, termasuk protein dan gentian Kelvar yang mempunyai kekuatan tinggi. Satu sifat yang membezakan polimer daripada molekul besar lain adalah pengulangan unit-unit atom (monomer) dalam rangkaian. Hal ini berlaku ketika proses pengpolimeran, di mana banyak molekul monomer bersambung antara satu sama lain. Contohnya, dalam proses pembentukan polietena, ribuan molekul etena bersambung untuk menjadi lingkaran -CH2- berulang.
Lazimnya, polimer dinamakan daripada unit monomernya. Istilah polimer berasal daripada perkataan Yunani polus yang bermakna "banyak" dan meris yang bermakna "bahagian".
Oleh sebab polimer-polimer dibezakan dengan monomer-monomer utamanya, rangkaian polimer dalam sesuatu bahan biasanya tidak sama panjang; tidak seperti molekul-molekul lain di mana setiap atom mempunyai jisim molekul relatif yang sama. Kejadian ini berlaku kerana rangkaian polimer hanya berhenti berlingkaran selepas pemanjangan rangkaian yang berlaku pada selang masa rawak.
Protein ialah polimer yang terdiri daripada asid amino. Daripada sedozen sehingga beberapa ratus monomer, yang terdiri daripada kira-kira dua puluh jenis, membentuk rangkaian polimer protein, urutan monomer menentukan bentuk dan aktiviti protein yang terbentuk. Tidak seperti pembentukan polyetena, yang berlaku serta-merta dengan keadaan-keadaan tertentu, penghasilan biopolimer seperti protein dan asid nukleik memerlukan mangkin. Sejak tahun 1950-an, mangkin telah membolehkan penghasilan polimer sintetik berlaku. Dengan mengawal tindak balas proses penghasilan polimer, polimer dengan sifat-sifat baru, seperti polimer yang boleh menghasilkan cahaya berwarna dapat dihasilkan.



reff : http://scream-of-imoway.blogspot.com/2009/02/polimer.html


Video yang berkaitan dengan POLIMER


Related Post

Previous
Next Post »