Komunikasi Massa

SELAYANG PANDANG MEDIA INDONESIA

Media Indonesia merupakan salah satu surat kabar terkekemuka di Indonesia, khususnya di Ibukota Jakarta, walaupun penyebarannya sangat luas. Koran Media Indonesia bersaing dengan koran-koran besar lainnya seperti koran Kompas, Republika, Tempo maupun Si anak bawang Seputar Indonesia yang mulai menggeliat. Berikut ini sejarah singkat mengenai koran Media Indonesia.

Koran Media Indonesia pertama kali diterbitkan pada tanggal 19 January 1970. Sebagai surat kabar umum pada masa itu, Media Indonesia baru bisa terbit 4 halaman dengan tiras yang amat terbatas. Berkantor di Jl. MT. Haryono, Jakarta, disitulah sejarah panjang Media Indonesia berawal. Lembaga yang menerbitkan Media Indonesia adalah Yayasan Warta Indonesia. Tahun 1976, surat kabar ini kemudian berkembang menjadi 8 halaman. Sementara itu perkembangan regulasi di bidang pers dan penerbitan terjadi. Salah satunya adalah perubahan SIT (Surat Izin Terbit) menjadi SIUPP (Surat Izin Usaha Penerbitan Pers). Karena perubahan ini penerbitan dihadapkan pada realitas bahwa pers tidak semata menanggung beban idealnya tapi juga harus tumbuh sebagai badan usaha.

Dengan kesadaran untuk terus maju, pada tahun 1988 Teuku Yousli Syah selaku pendiri Media Indonesia bergandeng tangan dengan Surya Paloh, mantan pimpinan surat kabar Prioritas. Dengan kerjasama ini, dua kekuatan bersatu : kekuatan pengalaman bergandeng dengan kekuatan modal dan semangat. Maka pada tahun tersebut lahirlah Media Indonesia dengan manajemen baru dibawah PT. Citra Media Nusa Purnama. Pada tahun 1997, Djafar H. Assegaff yang baru menyelesaikan tugasnya sebagai Duta Besar di Vietnam dan sebagai wartawan yang pernah memimpin beberapa harian dan majalah, serta menjabat sebagai Wakil Pemimpin Umum LKBN Antara, oleh Surya Paloh dipercayai untuk memimpin harian Media Indonesia sebagai Pemimpin Redaksi. Saat ini Djafar H. Assegaff dipercaya sebagai Corporate Advisor. Para pimpinan Media Indonesia saat ini adalah : Direktur Utama dijabat oleh Rahni Lowhur Schad, Direktur Pemberitaan dijabat oleh Saur Hutabarat dan dibidang usaha dipimpin oleh Alexander Stefanus selaku Direktur Pengembangan Bisnis. Koran Media Indonesia mempunyai motto :

Waktu berganti, warna berubah, tetapi visi untuk membangun sebuah harian independen serta menatap hari esok yang lebih baik, tetap tidak berubah.

SEPUTAR INDONESIA = Koran Segala Berita?

Bila kita mendengar Seputar Indonesia, maka yang terlintas pertama kali adalah tentang acara beredaksi berita di salah satu stasiun televisi swasta di Indonesia yaitu stasiun Rajawali Citra Televisi Indonesia atau kita biasa menyebut RCTI. Ya..RCTI adalah salah satu Stasiun Televisi Swasta pionir dan yang menjadi yang pertama melakukan siarannya selain SCTV yang merupakan kembarannya. RCTI mengudara pertama kali awal tahun 1990 dengan menggunakan TV berlangganan yang gejalanya cukup marak akhir-akhir ini.Lantas apa hubungannya dengan judul diatas?

Tentunya berhubungan erat, bagi mereka ?penggemar setia? begitu sebutan bagi penonton setia RCTI, tentunya tidak asing lagi dengan program acara ?Seputar Indonesia?. Seputar Indonesia menjadi favorit sebagai salah satu acara bertajuk berita dengan konsep yang berbeda dengan acara berita di stasiun lainnya,mungkin karena acara ini telah jauh lebih dulu tayang di banding televisi-televisi lainnya. Bahkan beberapa kali ?Seputar Indonesia? menjadi program berita ?terbaik? dan ?terfavorit? diantara program berita sejenis. Berangkat dari kesuksesan itulah maka dibuat ?turunan? sebuah kesuksesan dari media elektronik ke media cetak berupa koran Seputar Indonesia yang saat ini sangat akrab di sebut koran SINDO.

Koran SINDO berada dibawah satu manajemen dengan Group MNC Tbk ( Media Nusantara Citra ). Group MNC membawahi juga beberapa stasiun televisi seperti SCTV,TPI dan Global TV dengan Presiden Direktur Hary Tanoesoedibjo. Tentunya dengan berada dalam satu manajemen beberapa stasiun televisi yang besar ini maka Koran SINDO tidak akan pernah kehabisan berita. Koran SINDO saat ini menjadi salah satu koran yang berpengaruh di tanah air, tentunya dengan dukungan ?kakak-kakak?nya.

Koran SINDO menargetkan market dari berbagai kalangan dan usia, dari anak- anak,ibu rumah tangga,orang muda penggemar olah raga,IT sampai orang tua, artinya apa? Koran ini mampu menjangkau seluruh anggota keluarga kita dengan segala macam beritanya. Dengan konsep itulah koran SINDO mempunyai motto ?KORAN SINDO KORAN SEGALA BERITA?.

AGENDA SETTING TEORY


Pada salah satu edisinya, Media Indonesia memuat laporan tentang safari politik Surya Paloh ke beberapa daerah dalam rangka menggalang kekuatan menuju kursi nomor satu Ketua Umum Golkar. Acara ini juga banyak diliput oleh salh satu televisi swasta yang berada di bawah jajaran GROUP MEDIA yang dimiliki oleh Surya Paloh sendiri. Sementara pada hari yang sama TPI melalui bagian HUMASnya membantah habis-habisan tentang berita rumor tentang kebangkrutannya. Berita ini juga banyak di siarkan oleh TPI sendiri selaku pelaku Media Elektronik yang merasa dirugikan dengan pemberitaan tersebut.

Kedua peristiwa diatas menegaskan ada satu fenomena yang menjadi tren dalam era globalisasi dan keterbukaan dewasa ini. Penggunaan media, baik media cetak maupun elektronik sedemikian pentingnya dalam rangka mempengaruhi,merubah bahkan mengarahkan seseorang untuk melakukan sesuatu. Media massa menjadi alat efektif dalam pencapaian suatu misi seseorang,ataupun misi sebuah organisasi. Karena pembaca, pemirsa, dan pendengar memperoleh kebanyakan informasi melalui media massa, maka agenda media tentu berkaitandengan agenda masyarakat (public agenda). Agenda masyarakat diketahui dengan menanyakan kepada anggota-anggota masyarakat apa yang mereka pikirkan, apa yang mereka bicarakan dengan orang lain, atau apa yang mereka anggap sebagai masalah yang tengah menarik perhatian masyarakat (Community Salience).

Dengan kata lain, media menentukan ?acara? (agenda) kampanye. Dampak media massa, kemampuan untuk menimbulkan perubahan kognitif di antara individu-individu, telah dijuluki sebagai fungsi agenda setting dari komunikasi massa. Disinilah terletak efek komunikasi massa yang terpenting, kemampuan media untuk menstruktur dunia buat kita.

Mari kita bahas lebih jauh mengenai 2 peristiwa diatas dengan sebuah prsepektif teroti komunikasi massa yaitu teori agenda setting yang fenomenal. Teori agenda setting yang dikemukakan oleh Maxwell Mc Combs dan Donald Shaw adalah salah satu teori tentang proses dampak media atau efek komunikasi massa terhadap masyarakat danbudaya. Teori ini termasuk dalam Phase 3 dari The Primes Of MediaEffect yakni Powerful Media Rediscovered. Meskipun biasanya lebih dirujuk sebagai fungsi belajar media massa dari pada sebagai teori.Agenda setting menggambarkan kekuatan pengaruh media yang sangat kuat terhadap pembentukan opini masyarakat. Media massa dengan memberikan perhatian pada isu tertentu dan mengabaikan yang lainnya, akan memiliki pengaruh terhadap pendapat umum. Orang akan cenderung mengetahui tentang hal-hal yang diberitakan media massa dan menerima susunan prioritas yang diberikan media massa terhadap isu-isu yang berbeda,kaitan antara urutan kadar penting ?isu? yang ditetapkan media dan urutan signifikansi yang dilekatkan pada isu yang sama

oleh publik dan politikus. Media massa memiliki kemampuan untuk memberitahukan

kepada masyarakat atau khalayak tentang isu-isu tertentu yang dianggap penting dan kemudian khalayak tidak hanya mempelajari dan memahami isu-isu pemberitaan tapi juga seberapa penting arti suatu isu atau topik berdasarkan cara media massa memberikan

penekanan terhadap isu tersebut. Jadi apa yang dianggap penting danmenjadi agenda media maka itu pulalah yang juga dianggap penting dan menjadi media bagi khalayak.

Menurut Bernard Cohen, "The press may not be successfulmuch of the time in telling its readers what to think, but it is stunningly successful in telling its readers what to think about". Media melakukan seleksi sebelum melaporkan berita kemudian melakukan gatekeeping terhadap informasi dan akan membuat pilihan apa saja yang akan diberitakan dan tidak. Apa yang diketahui oleh khalayak pada umumnya merupakan hasil dari media gate keeping.

Pada prinsipnya ada 3 proses agenda setting yaitu:

1. Media Agenda adalah isu didiskusikan dalam media.

2. Public Agenda adalah ketika isu didiskusikan dan secara pribadi sesuai dengan khalayak.

3. Policy Agenda adalah isu pada saat para pembuat kebijaksanaan menyadari pentingnya isu tersebut disampaikan ke masyarakat.

Jadi media massa mempunyai kemampuan untuk memilih dan menekankan topik tertentu yang dianggapnya penting (menetapkan ?agenda?) sehingga membuat publik berpikir bahwa isu yang dipilih media itu penting. Jadi tidaklah mengherankan apabila seorang Surya Paloh mempunyai kepentingan untuk mempopulerkan dirinya melalui kekuatan media yang dimilikinya. Metro TV bahkan mempunyai agenda dan sesi tersendiri dalam menayangkan kampanye politik Surya Paloh yang dikemas dalam berbagai macam berita tentang safari politik Surya Paloh ke bebrapa daerah untuk mendapatkan perhatian dan dukungan dari kahlayak. Begitu juga TPI dengan berbagai macam cara berusaha menjelaskan dan meyakinkan masyarakat bahwa terdapat kekeliruan pemberitaan terhadap isu yang berkembang mengenai kebangkrutan Televisi Pendidikan Indonesia tersebut. Setelah dilakukan peyangan denganfrekuensi dan volume tertentu biasanya dilakukan ?Survey Khalayak? dengan cara memberikan pertanyaan atau questioner baik terbuka maupun tertutup kepada sejumlah responden melalui situs ?On Line? nya.

?BINTANG 4? Vs ?BINTANG 2? ?

Merujuk pada pertanyaan di atas mungkin akan ada pertanyaan dalam hati kita, apa maksud dari judul yang bertendensi pertanyaan tersebut. Ada suatu latar belakang peristiwa yang menjadi dasar pertanyaan ataupun pernyataan di atas. Peristiwa tersebut sangat sederhana yaitu pada suatu acara sertijab Kasau berbintang 4, Dispenau mengundang wartawan yang tentu saja menurut kalangan TNI AU sangat penting. Namun ternyata jumlah wartawan yang hadir pada acara Kapolda yang notabene berbintang 2 jauh lebih banyak.

Adalah suatu pertanyaan yang sesungguhnya cukup mudah dijawab, mengapa wartawan lebih memilih menghadiri acara bintang 2 dibandingkan acara bintang 4? Seperti kita ketahui bersama bahwa saat sekarang adalah era reformasi atau era keterbukaan. Di era ini segala sesuatu lebih terbuka dan gamblang dengan hadirnya beberapa televisi swasta dan koran-koran baru yang demikian marak di Indonesia. Beberapa televisi tersebut antara lain RCTI,SCTV,TPI, METRO,TRANS dan koran-koran baru seperti koran Republika,SINDO,Merdeka dan lainnya belum lagi terhitung televisi dan lokal di beberapa daerah provinsi di Indonesia.

Maka dapat dikatakan bahwa para ?aktor? media massa tersebut sedang menjalankan sebuah ?industri?. Industri yang mereka lakukan adalah Industri Informasi yang sarat dengan berita-berita yang heboh dan menjual. Jika kita membicarakan sebuah industri maka akan ada kata ?untung-rugi? , ada kata ?kompetisi? dan ada kalimat ?siapa cepat dia menang,siapa lambat dia kalah?. Dengan demikian secara gamblang maka kita akan melihat sebuah persaingan dalam memburu suatu informasi yang akurat dan terkini. Siapa yang mampu melakukan hal tersebut dengan baik maka dialah pemenangnya, perusahaan tersebut akan rating di tonton oleh jutaan pemirsa dengan otomatis rating akan tinggi sehingga dengan sendirinya ?pundi-pundi? uang akan mengalir melalui iklan-iklan yang menjadi ?lahan? bagi mereka.

Penulis teringat pada kuliah tentang tinjauan negara sahabat, ketika dosen yang mengajarkan mengatakan bahwa ? Indonesia tidak terletak pada kondisi geografi yang strategis?. Pernyataan yang menurut saya sangatlah aneh dan bertolak belakang dengan teori-teori yang menyatakan bahwa ?Indonesia terletak pada kondisi geografi yang strategis?. Sang dosen melanjutkan kata-katanya bahwa yang membuat Indonesia Strategis atau tidak, adalah bangsa Indonesia sendiri, selama Indonesia belum mampu memanfaatkan letak dan posisi Indonesia yang katanya ?Strategis? itu maka dapat dipastikan bahwa ?Indonesia tidak terletak pada kondisi geografis yang Strategis?.

Dari beberapa pemaparan yang dilakukan penulis di atas maka tentunya yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah ?adakah keterkaitan antara kedua peristiwa diatas dengan kata-kata ?Sang Dosen??. Jawabannya jelas ada. Pertama ,TNI AU merasa bahwa peristiwa sertijab Kasau sangat penting,akan tetapi pada kenyataannya peristiwa tersebut dari katagori tingkat kepentingan oleh para wartawan tidaklah sepenting yang diperkiran oleh internal TNI Angkatan Udara. Kembali lagi jika dianalogikan dengan perkataan?Sang Dosen yaitu yang membuat TNI AU itu penting adalah TNI AU sendiri? sehingga sudah seberapa pentingkah berita tentang TNI Angkatan Udara dimata wartawan ataupun dimata masyarakat Indonesia? Seperti dikatakan penulis bahwa sebuah Industri Informasi akan dapat ?survive? dan ?hidup? dari iklan, maka tentunya berita-berita yang pentinglah yang akan diminati masyarakat. Kedua, Berita setingkat Kapolda sudah mampu untuk menarik minat para wartawan, tentunya dari segi kepangkatan tentunya jauh antara Bintang 4 dan Bintang 2, mengapa dapat terjadi? Jika melihat dari segi organisasi kita dapat membandingkan institusi POLRI dengan TNI AU, terlihat yang terkait langsung dengan masalah-masalah kemasyarakatan adalah institusi POLRI, jadi kemungkinan sangat wajar bila POLRI lebih ?menjual? dibandingkan TNI AU. Tetapi apakah demikian? Jika sama-sama bintang 4 mungkin pertanyaan di atas dapat terjawab. Tetapi jika dari segi kepangkatan yang jauh tersebut , tentunya ada sesuatu hal yang membuat wartawan lebih tertarik dan berita setingkat KAPOLDA lebih?Bergengsi?.

Dari pemaparan diatas, ternyata Industri Informasi perlu disikapi dengan bijak, para kuli tinta akan bekerja secara profesional untuk mempersembahkan dan menyajikan berita yang menurut mereka menarik dan menjual ke masyarakat, karena dari situlah mereka dapat ?survive?. Yang terpenting bagi kita insan TNI Angkatan Udara, sudahkah kita memberikan yang terbaik bagi Institusi ini,sehingga kita dapat menjadikan TNI Angkatan Udara menjadi penting bagi kita dan penting juga bagi masyarakat sehingga tidak akan ada lagi peristiwa serupa. Cukuplah perkataan sang dosen ? Sesuatu akan menjadi Strategis jika kita mampu untuk memanfaatkan dengan baik tingkat ke?Strategisan? kita.

Issue yang Dapat Di jual TNI Angkatan Udara ?

Sebagai insan TNI Angkatan Udara menjadi tanggung jawab kita untuk memberikan seuatu yang terbaik demi organisasi yang kita cintai ini. Hidup dalam jangka waktu yang cukup lama, akan memberikan pengalaman ?asam garam? pahit getirnya hidup menjadi sorang prajurit TNI Angkatan Udara. Ada suatu pepatah ? Tak Ada Gading yang Tak Retak? menjadi sangat populer untuk di cermati. Pertanyaan di atas cukup membuat penulis berfikir keras untuk memberikan sumbangsih pikiran untuk kemajuan Organisasi yang tercinta ini. Pertanyaan yang menjadi judul di atas membuat kita tergugah agar kiranya membuat suatu analisa yang cukup masuk akal dan mungkin dapat diterima sebagai suatu yang tidak hanya obrolan ?warung kopi? semata. Akan tetapi sungguh berbahagialah apabila dapat menjadi suatu bahan renungan dan pikiran, mungkin suatu saat dapat dipikirkan ketika penulis membuka kembali tulisan ini.

Sebagai seorang prajurit TNI Angkatan Udara yang kebetulan lahir,besar dan bersekolah di Jakarta menjadi keuntungan sendiri bagi penulis (menurut penulis). Kenapa demikian ? Dari segi letaknya Jakarta merupakan central of excellent dari kota-kota lain di Indonesia. Sebagai ibukota negara, Jakarta menjadi barometer dalam segala macam persoalan dan segala macam issue yang berkembang pada skala Nasional. Sebagai pusat pemerintahan pula Jakarta menjadi titik sentral yang patut dicermati,di garisbawahi,maupun di jadikan obyek strategis dari ?seseorang? atau ?organisasi? yang ingin ?terkenal atau di kenal? atau yang ingin menjadi ?penting atau dipentingkan?. Ada pemeo yang berkembang hampir disemua organisasi ? Kuasai Jakarta,maka kamu akan menguasai Indonesia?.

Berangkat dari pemikiran itulah maka penulis yang merupakan insan TNI Angkatan Udara ingin menyumbangkan pemikiran sesuai dengan judul yang menjadi pertanyaan di atas. Issue apa yang dapat di jual TNI Angkatan Udara? Menurut penulis yang dapat dijual TNI Angkatan Udara adalah ?NAMA BAIK?. Lho?hanya dua kata? Nama Baik? Jika seorang Shakepere mengatakan ?apalah artinya sebuah nama? maka itu adalah suatu kesalahan besar. TNI Angkatan Udara atau orang biasa menyebut AURI sampai sekarang masih mempunyai ?NAMA yang HARUM?. Dasar pemikirannya sederhana saja, apabila penulis bertanya kepada sesepuh di Jakarta, maka ketika ditanya ?siapa yang tidak kenal dengan AURI? Siapa yang tidak kenal PGT? Siapa yang tidak kenal OMAR DANI? Atau Dimana Halim (yang sangat luas di kawasan Jakarta Timur)? Dimana letak MB AU( yang letaknya strategis di bawah patung Pancoran/ mungkin salah satu yang menyebabkan Mabes TNI AD tidak pindah ke Cilangkap karena letaknya yang Strategis)?

Hanya nama baik atau dalam istilah yang sedang ngetren adalah ? PENCITRAAN? yang mungkin masih tersisa dan harus dijual ke masyarakat. Pernyataan ini mungkin agak naif, tapi itulah pengetahuan yang dimiliki penulis dengan segala keterbatasan ilmu dan wawasannya. Kenyataannya nama baik atau pencitraan itu telah mampu dimanfaatkan oleh rekan kita dari TNI Angkatan Laut. Tidak dapat dipungkiri bahwa mereka mampu memanfaatkan berbagai momentum untuk organisasinya. Jika menengok TNI AD, tentu sudah sangat biasa kita mendengar dan melihat perannya karena bisa jadi karena sudah terbangun oleh suatu ?Sistem? yang sudah mengakar sejak dulu. Tapi, TNI AL? mungkin dulu orang hanya mengenal kata ?Marinir? tidak untuk TNI AL,tapi sekarang kenyataannya masyarakat bukan hanya mengenal Marinir tetapi TNI AL dengan segala kegiatan maritimnya.

Berkaca dari kenyataan yang ada, nama baik TNI AU masih layak untuk dijual. Sebagai ilustrasi apabila ada seseorang yang menawarkan suatu barang, tetapi kita tau kredibilitas orang tersebut telah mempunyai nama buruk, tentunya jangankan untuk membeli,menawar atau melihat, dengan kedatangan orang tersebut saja mungkin tidak kita terima. Begitu juga dengan TNI AU, apabila kita mampu menjual ?nama baik?yang dimilki sebagai ?garansi? kepada siapapun dan lembaga apapun, maka dengan tradisi sejarah nama baik yang kita miliki tentunya akan jauh lebih mudah. Yang terpenting adalah keterbukaan TNI Angkatan Udara kepada siapapun dengan membuang sikap eklusivisme yang kita miliki. Kita tidak hanya berjuang di Udara, tetapi habitat kita juga di darat sehingga potensi,aspek,humanity dan segala aspek kemasyarakatan harus kita kuasai.

Kemudian, yang menjadi pertanyaan lagi,kira-kira kegiatan apa yang bisa TNI AU kembangkan? Jawabannya juga sangat sederhana?Kegiatan yang dapat dilaksanakan sangat banyak dan tidak terhitung jumlahnya. Ilustrasinya begini?jika seorang prajurit TNI AU merampok sebuah toko, maka yang menjadi malu bukan hanya orang yang bersangkutan,tetapi TNI Angkatan Udara. Begitu sebaliknya jika seorang prajurit TNI AU berprestasi menjadi atlet atau apapun yang mewakili negara Indonesia tentunya bukan hanya orang yang bersangkutan yang mendapat nama baik,tetapi Organisasi TNI AU juga akan baik. Jika hal tersebut dapat dilakukan oleh suatu satuan,dengan kiprahnya di masyarakat tentunya pula nama TNI AU juga baik.

Dari Ilustrasi diatas, maka jika TNI AU mempunyai sekian ribu prajurit,maka apabila didukung oleh satuan maka masing-masing menjadi pribadi yang tidak hanya dapat berbuat untuk dirinya melainkan untuk TNI AU. Dengan tingkat yang lebih besar lagi apabila satuan setingkat Skadron saja sudah mampu membuat suatu kegiatan berskala besar,apapun kegiatannya tentu akan membawa dampak yang cukup besar. Kemudian dari skala yang lebih tinggi, maka setingkat pimpinanpun dampaknya skala nasional,apapun jenis kegiatan yang dapat dilaksanakan. Dan tentunya untuk kebijakan dalam tingkat strategis dapat menyebarkan ?virus? kebaikan berupa kegiatan apapun.

Khusus untuk di Jakarta yang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ?pencitraan? alangkah baiknya berteman lebih dekat dengan media massa yang merupakan cermin dan alat yang efektif dalam pencitraan seseorang maupun organisasi. Cukuplah sebuah ungkapan yang cukup akrab di telinga kita ?Jika kita menguasai Informasi maka kita telah memenangi setengah peperangan?. Mudah-mudahan hal tersebut menjadi renungan kita bersama, bahwa sebetulnya sangat banyak yang dapat kita lakukan untuk TNI AU. Dan yang terpenting mari terlebih dahulu membuka diri untuk sebuah masa depan yang gemilang.


Jakarta, 1 Nopember 2009

Perwira Siswa

Irvan Harisandy,S.T.

Kapten Tek Nrp 526225





reff : http://youngsoldier-curhatku.blogspot.com/2009/10/komunikasi-massa.html


Video yang berkaitan dengan Komunikasi Massa


Related Post

Previous
Next Post »