Perubahan arah Kiblat

Salah satu peristiwa penting dalam bulan Sya'ban adalah perubahan arah kiblat dari Masjid Aqsha di Jerusalem ke arah Masjid Haram di Makkah. Perubahan itu terjadi kira-kira tujuhbelas bulan (atau kurang lebih satu setengah tahun) setelah Nabi berhijrah dari Makkah ke Madinah, yaitu diperkirakan jatuh pada bulan Sya'ban. Hal ini menunjukkan bahwa umat islam pernah menghadap ke Masjid Aqsha pada saat melakukan shalat. Tidak diketahui dengan pasti kapan kejadian terjadinya Masjid Aqsha sebagai kiblat bagi umat Islam, yang jelas setelah hijrah, karena sebelum hijrah, umat islam melakukan shalat dengan menghadap ke Ka'bah di Masjid Haram di Makkah (shalat disyariatkan pada peristiwa Isra dan Mi'raj yang terjadi di bulan Rajab, pada kira-kira dua tahun sebelum hijrah).

Perubahan kiblat dari Masjid Haram di Makkah ke Masjid Aqsha di Quds / Jerusalem, yang merupakan kiblat orang-orang Yahudi dan Nasrani, dipahami sebagai ujian bagi umat Islam siapa yang benar-benar setia serta mengikuti Nabi Muhammad dan siapa yang tidak mengikutinya atau berbalik kembali ke agama lamanya, agama leluhurnya, penyembah patung dan berhala. Apakah orang-orang Arab yang masuk Islam itu sudah bisa meninggalkan pemahaman yang keliru terhadap Ka'bah, yang dijadikan tempat untuk patung dan berhala? Apakah mereka sudah bisa lepas dari agama lamanya? Karena selama ini Ka'bah menjadi kebanggaan orang-orang Arab sebagai peninggalan Nabi Ibrahim yang sangat monumental. Tetapi Ka'bah disalah-gunakan oleh mereka sebagai tempat ma'shiyat terutama untuk menyembah patung dan berhala dan berpesta pora yang asusila. Suatu hal yang menyimpang dari garis akidah Nabi Ibrahim, yang berdasarkan tauhid. Ka'bah baru bisa dibersihkan dari patung dan berhala pada tahun ke delapan hijriyah ketika terjadi perang pembebasan Makkah, yang dikomandoi oleh Nabi Muhammad sendiri, dari cengkeraman orang-orang musyrik.

Ka'bah  adalah sebuah bangunan berbentuk kubus di Makkah, merupakan tempat ibadah "resmi" yang dibangun untuk pertamakali di permukaan bumi, oleh Nabi Ibrahim, guna beribadah dan menyembah Allah Yang Maha Esa. Ada tempat-tempat ibadah yang lain tetapi tidak untuk menyembah Allah. Ka'bah tersebut semula tidak berbentuk kubus dengan empat sudut seperti yang kita lihat sekarang, tetapi hanya dengan dua sudut, yaitu sudut Hajar Aswad di bagian tenggara dan sudut Yamani di bagian barat daya, sedangkan di bagian utara dari bangunan, di tempat Hijir Ismail, tidak terdapat sudut. Jadi bentuk bangunan semula, kalau kita lihat dari atas, seperti bentuk tapal kuda. Hijir Ismail merupakan bagian dari Ka'bah. Bangunan Ka'bah mengalami beberapa kali renovation / pemugaran. Renovasi dengan mengambil bentuk yang sekarang (kubus) terjadi kira-kira lima tahun sebelum Nabi Muhammad menerima kenabian / kerasulan dari Tuhan, bahkan dia saat itu mendapat kehormatan dari masyarakat Arab untuk meletakkan Hajar Aswad di tempatnya.

Sementara itu di lain pihak, menurut ceritera pula, perubahan arah kiblat dari Masjid Aqsha di Quds ke Masjid Haram di Makkah tersebut terjadi ketika Nabi Muhammad sedang melakukan shalat Zhuhur / Ashar di Madinah dengan kiblat ke arah Masjid Aqsha. Pada waktu Nabi sedang menjadi Imam, wajahnya tidak menghadap ke arah tempat sujud seperti biasanya, tetapi ke arah langit secara bolak-balik. Allah memahami gerak Nabi, yang menunjukkan ke-tidak-senangannya menghadap ke Aqsha, maka langsung diperintahkan untuk mengarahkan pandangannya ke arah Ka'bah, yang menjadi kerelaan atau harapan Nabi. Seketika Nabi dan para jamaah memutar arah dari menghadap ke arah Masjid Aqsha menjadi ke arah Masjid Haram. Mungkin sikap Nabi yang menunjukkan ke-tidak-tenteraman tersebut bisa diterjemahkan ke bahasa kita yang sederhana sebagai tanda bertanya-tanya mengapa kok dia diperintahkan menghadap ke Masjid Aqsha, padahal ada Ka'bah di Masjid Haram di Makkah yang dibangun oleh kakek jauhnya yaitu Nabi Ibrahim dan puteranya Nabi Ismail. Nabi Muhammad ingat riwayat pembangunan Ka'bah, yang merupakan kebanggaan bangsa Arab, karena mereka keturunan Nabi Ibrahim dan puteranya Ismail .

Perubahan arah kiblat dari Masjid Aqsha ke Masjid Haram tersebut menyulut kejengkelan orang-orang Yahudi. Apalagi mereka pernah dikecewakan sebelumnya dengan dirampasnya kenabian dari tangan orang-orang Yahudi atau Bani Israel dari keturunan Ishak bin Ibrahim ke tangan orang Arab dari keturunan Ismail bin Ibrahim (Nabi terakhir dari Bani Israel adalah Eisa bin Maryam AS). Sekarang orang-orang Yahudi dikecewakan lagi dengan pencabutan kiblat dari Masjid Aqsha di Jerusalem untuk dipindahkan ke Masjid Haram di Makkah.

Orang-orang Yahudi pernah bangga dan menyombong ketika umat Islam menjadikan Masjid Aqsha sebagai kiblat dalam shalat dan mereka menepuk dada bahwa agama mereka benar. Maka ketika kiblat dirubah lagi menjadi ke Masjid Haram mereka berkata, jika seandainya kiblat Masjid Aqsha salah, maka shalat orang-orang Islam selama ini salah, dan jika kiblat Masjid Aqsha benar, maka kiblat Masjid Haram yang sekarang ini salah.

Sudah diprediksi akan timbul pertanyaan dari pihak-pihak yang tidak memahaminya, mengenai mengapa umat Islam pindah meninggalkan kiblat Masjid Aqsha yang telah pernah dijadikannya sebagai kiblat. Nabi diperintahkan untuk menjawab bahwa arah Timur dan arah Barat adalah milik Allah, sehingga kemana saja orang menghadap, maka di sana ada Allah. Allah ada di mana-mana tetapi tidak di mana. Dan di mana saja umat Muhammad berada maka hendaknya menghadapkan wajah mereka ke arah Masjid Haram.

Ka'bah menjadi lambang tauhid, menghadap ke arahnya tidak / bukan untuk menyembahnya, tetapi untuk mengikrarkan tauhid dan berikrar bahwa Allah adalah Tuhan Yang Maha Tunggal dan Maha Esa, tidak ada tuhan dan sesembahan selain Dia.





reff : http://latiffakih.blogspot.com/2015/05/perubahan-arah-kiblat.html


Video yang berkaitan dengan Perubahan arah Kiblat


Related Post

Previous
Next Post »