Assalamualaikum.
Aku kangen ramadhan yang dulu. Dimana aku belum banyak yang harus diurus seperti saat ini. Saat dengan ceria aku menyambutmu. Menyalakan kembang api di halaman rumah bersama teman-teman. Menjalani pun dengan bahagia. Kuat-kuatan bersama teman-teman. Lomba yang paling sedikit bolongnya, dan aku selalu kalah. Ke mushola malam hari untuk tarawih dan berteriak ?Aamiin? sekencang-kencangnya. Menunggu imam yang akan dimintai tanda tangan untuk disetor kepada guru di sekolah. Lalu diakhir, bersama keluarga mudik ke kampung halaman ayah, Magelang. Dengan wajah yang sangat gembira dengan niatan mendapat jatah uang yang dahulu tak aku tahu untuk apa. Tentu saja mendapat jatah makan ketupat paling banyak dalam keluarga pun turut membuatku tersenyum.
Sekarang, Ramadhan, kamu menemaniku dalam mengurus banyak urusanku di dunia dan mencari bekal untuk akhirat. Aku tak seceria dan semegah dahulu menyambutmu. Tak ada kembang api di halaman rumah. Tak ada teman yang bisa diajak berlomba kuat-kuatan puasa karena sudah terlanjur dewasa. Tarawih terkadang di masjid, di rumah, atau malah tidak sama sekali. Tidak lagi menunggu 23 rakaat imam, karena pada rakaat ke-8 aku sontak pulang untuk bertemu rumah. Dan di akhir pun mudik tidak terlalu menyenangkan bagiku. Karena tidak ada Mbah Saleh dan Mbah Putri lagi merindu kehadiranku di Magelang. Ketupatpun, tidak ada artinya bagiku, setelah aku dewasa ini.
Ramadhan, jujur. Aku merindumu dan merindukan aku yang dahulu bersamamu. Maafkan aku, yang sudah sangat berbeda ketika bertemu kau Ramadhan. Namun, aku akan menunggumu, untuk Ramadhan 1437H. Karena semakin dewasa, aku semakin mengerti hakikat dari kehadiranmu.
Wassalamualaikum
reff : http://sawutruwida.blogspot.com/2015/07/surat-untuk-ramadhan.html
EmoticonEmoticon