SERAT GATHOLOCO (13)

SERAT GATHOLOCO (13)


Diambil dari naskah asli bertuliskan huruf Jawa

yang disimpan oleh

PRAWIRATARUNA.

Digubah ke aksara Latin oleh :

RADEN TANAYA

Diterjemahkan dan diulas oleh :

DAMAR SHASHANGKA






PUPUH VII


Gambuh


1. Anak murid sireku, kabeh padha keriya rahayu, lilanana saiki manira pamit, Gatholoco mangkat gupuh, lumampah ijen kemawon.

Wahai semua anak muridku, semoga keselamatan ada padamu saat aku tinggal, sekarang relakanlah aku pamit, Gatholoco segera berangkat, berjalan pergi sendirian saja.


2. Mid?r-mid?r ng?lantur, s?janira angupaya mungsuh, sagung pondhok guru santri den lurugi, binantah ing kawruhipun, yen kalah dipun pepoyok.


Berkeliling kemana-mana, niatnya hendak mencari musuh berdebat, seluruh pondhok pesantren didatangi, diajak berdebat tentang ilmu sejati, jika kalah diperolok-olok olehnya.



3. Ana ingkang gumuyu, kapok kawus santri kang tan urus, wus dilalah karsaning Kang Maha Luwih, Gatholoco tyas kalimput, m?ngku takabur ing batos.


Ada yang ditertawakan, mentertawakan para santri yang kalah debat, sudah menjadi kehendak Yang Maha Lebih, Gatholoco hatinya terliputi, perasaan takabbur (sombong).



4. Pangrasanira iku, sapa m?nang padon karo aku, padu kawruh ingsun punjul sasami, marmane manggih s?siku, kasiku dening Hyang Manon.

Menurut anggapan dirinya, siapa yang bakal menang berdebat denganku, jika berdebat aku lebih unggul dari semua manusia, oleh karenanya mendapatkan balak, mendapatkan balak dari Hyang Manon (Tuhan)


5. Kang sipat samar iku, Gatholoco tan rumasa luput, yen andulu ingkang bangsa lair batin, kaelokaning Hyang Agung, karya lakon langkung elok.


Yang Bersifat Maha Samar, tapi Gatholoco tidak merasa salah, senantiasa merasa benar akan segala pemahamannya tentang ilmu lahir dan bathin, kebesaran Hyang Agung (Tuhan), membuat jalan hidup Gatholoco semakin mengherankan.



6. Gatholoco andarung, lampahipun t?rus minggah gunung, Endragiri wastanira ingkang wukir, sadaya santri ing gunung, binantah kawruhnya kawon.

Langkah Gatholoco semakin jauh, berjalan terus mendaki sebuah gunung, Endragiri nama gunung tersebut, seluruh santri yang tinggal disana, berdebat dengannya dan kalah.


7. J?janggan para Wiku, R?si Buyut Wasi lan Manguyu, den lurugi bantah kawruh sarak ilmi, ingkang kawon den g?guyu, Gatholoco asru moyok.

Jejanggan dan Para Wiku (Bhikku), Resi Buyut Wasi dan Manguyu, semua didatangi diajak berbantah ilmu sejati, yang kalah ditertawakan, oleh Gatholoco tanpa segan-segan lagi.

(Cantrik, Cethi, Cekel, Jejanggan, Buyut, Wasi, Manguyu dan Resi adalah istilah tingkatan siswa dalam pendidikan spiritual di sebuah Padhepokan Jawa jaman Kabuddhan/Shiwa Buddha. Kedudukan tertinggi adalah Resi atau Wiku/Bhikku. Sekarang, sebutan ?Cantrik? dipakai oleh Padhepokan Islam untuk menamai siswa nya yang belajar, yaitu ?Santri?. Sedangkan istilah ?Padhepokan? sendiri diubah menjadi ?Pe-Santri-an/Pesantren?)



8. Solah tingkah kumlungkung, ngrengkel nakal r?m?n nyrekal digung, watak edir ilmu sarak den pab?ni, mila saya camahipun, ya ta g?nti winiraos.


Kelakuannya telah berlebihan, ulet nakal suka menyangkal diagungkan, terjerat kesombongan semua aturan syari?at dikritik, sehingga jatuhlah kesadarannya, lantas kemudian diceritakan.



9. Ing Endragiri gunung, wont?n endhang gentur tapanipun, ap?parab R?tna Dewi Lupitwati, sadaya punggawanipun, samya estri maksih anom.

Tersebutlah di Gunung Endragiri, berdiam seorang wanita pertapa, bergelar Retna Dewi Lupitwati (Lupit : barang untuk menjepit, Wati : wanita ~ barang milik wanita yang fungsinya untuk menjepit), semua muridnya, terdiri dari gadis-gadis belia.


10. Satunggal wastanipun, ap?parab Dewi Ml?nuk G?mbuk, nama Dewi Dudul M?ndut kang satunggil, m?rak ati dhasar ayu, cantrik kalih ugi wadon.


Yang seorang bernama, Dewi Mlenuk Gembuk (Mlenuk : Barang kecil yang menonjol dan montok, Gembuk : empuk ~ barang kecil yang menonjol montok dan empuk), yang lain bernama Dewi Dudul Mendut (Dudul : Disogok, Mendut : Terayun ~ yang disogok bisa terayun-ayun), sangat cantik memikat hati, keduanya perempuan semua.



11. Satunggal namanipun, ak?kasih Dewi Rara Bawuk, kang satunggal Dewi Bleweh kang w?wangi, grapyak sumeh kaduk cucut, neng ngarsa gusti tan adoh.

Yang lain bernama, Dewi Rara Bawuk (Rara : Gadis belia, Bawuk : Vagina ~ vagina gadis belia), dan yang lainnya bernama Dewi Bleweh (Bleweh : Berlobang dan berlendir), semuanya sangat gembira dan rukun hidup bersama, saat itu mereka tengah berada didekat gurunya.


12. Sang R?tna dhepokipun, yeku dhepok ing C?marajamus, pratapane ing guwa Seluman w?rit, angk?r sin?ngk?r barukut, bot?n s?mbarangan uwong.

Nama dari Padhepokan Sang Retna (Dewi Lupitwati), adalah Padepokan Cemarajamus, tempat tapanya berada di gua siluman yang gelap, angker rahasia dan tersembunyi, tidak sembarang manusia.


13. Bangkit uningen ngriku, yen tan antuk lilane Sang Ayu, dene lamun wus k?par?ng den ideni, kaiden ingkang am?ngku, sinome guwa katongton.

Boleh melihat tempat tersebut, jikalau tidak mendapatkan ijin Sang Ayu (Dewi Lupitwati), namun bila sudah diijinkan, diperbolehkan oleh yang punya, ?sinom?-nya gua bisa dilihat. (Sinom ~ bisa berarti muda bisa berarti rambut tipis dipelipis. Jika sebuah gua rahasia mempunyai sinom/rambut tipis, maka bisa anda tebak sendiri apa maksudnya. Selain itu, menandakan pupuh selanjutnya adalah pupuh Sinom. Beginilah sastra kuno Jawa, ambiguitas-nya sangat indah sekali.)



PUPUH VIII


Sinom


1. Ingkang samnya neng asrama, R?tna Dewi Lupitwati, lagya sakeca ngandikan, lawan c?thi emban cantrik, kaget dupi umeksi, dhumat?ng wau kang rawuh, sajuga janma priya, l?nggah sandhing para estri, Ml?nuk G?mbuk sigra nabda at?tannya.

Yang tengah ada didalam asrama, Retna Dewi Lupitwati, tengah menikmati perbincangan, dengan Cethi Emban dan Cantrik-nya (maksudnya semua muridnya), terkejut semua begitu melihat, kepada seseorang yang tiba-tiba datang, nyata seorang lelaki, langsung duduk didekat para wanita, Mlenuk Gembuk segera bertanya.


2. Lah sira iku wong apa, wani malbeng Endragiri, rupamu ala tur kiwa, pinangkanira ing ng?ndi, lan sapa kang w?wangi, angakuwa mumpung durung, cilaka siya-siya, apa tan kulak pawarti, lamun kene larangan kat?kan priya.


Kamu itu manusia apa? Berani masuk ke Endragiri tanpa permisi. Wajahmu jelek dan buruk, darimanakah asalmu? Siapakah namamu? Jawablah sebelum, dirimu sia-sia celaka, apakah tidak pernah mendengar kabar, jika tempat ini tempat larangan bagi lelaki?



3. Gatholoco tansah nyawang, bot?n pisan amangsuli, m?ndongong kend?l kewala, lir bisu mung clumak-clumik, malah angiwi-iwi, lingak-linguk kukur-kukur, dereng purun cant?nan, nudingi mring cantrik estri, dangu-dangu sumaur ngucap mangkana.


Gatholoco hanya terpaku melihat (wanita-wanita cantik tersebut), tak sepatah katapun jawaban keluar dari mulutnya, termangu-mangu diam, bagai orang bisu hanya bibirnya berdecak-decak kagum, lantas bukannya menjawab tapi malah mencibir, duduk seenaknya dan menggaruk-garuk, tidak mau buka suara, namun kemudian dia menunjuk kepada Mlenuk Gembuk, dan menjawab begini.



4. Sun iki janma utama, nyata yen lanang sajati, k?kasih Barang Panglusan, lan aran Barang Kinisik, t?t?lu j?n?ng mami, ananging ingkang misuwur, manca pat manca lima, tanapi manca nagari, Gatholoco puniku aran manira.


Aku ini manusia utama, nyata seorang lelaki sejati, namaku Barang Panglusan, nama lainku Barang Kinisik, ada tiga namaku, yang sangat dikenal, diseluruh empat penjuru mata angin bahkan lima penjuru mata angin, hingga ke mancanegara, Gatholoco itu namaku.



5. Omahku ing t?ngah jagad, pinangkane saking wuri, nuruti s?janing karsa, pramilane prapteng ngriki, pr?lu arsa pinangggih, marang sireku wong ayu, dhuh mirah pujaningwang, lamun condhong sun rabeni, Ml?nuk G?mbuk muring-muring asru sabda.

Rumahku dipusat semesta, aku datang dari belakang (tiba-tiba ada maksudnya ~ tidak ada yang menciptakan), menuruti kehendak, sehingga aku sampai juga disini, perlu untuk bertemu, dengan dirimu duh cantik, duh berlian merah pujaanku, jika mau aku nikahi dirimu, Mlenuk Gembuk marah-marah dan berbicara keras.


6. Gum?ndhung si asu ala, lancang pangucap kumaki, d?ksura tindak s?mbrana, adol bagus marang mami, ingsun tan pisan sudi, and?l?ng marang dhapurmu, b?cik sira minggata, aja katon aneng ngriki, eman-eman panggonan den ambah sira.


Gila kamu anjing jelek, lancang ucapanmu dan sombong, seenaknya dan sembrono, menawarkan kebaikan kepadaku, diriku sekali-kali tak sudi, melihat wujudmu, lebih baik minggatlah, jangan terlihat disini, sayang tempat seindah ini kamu jejaki.



7. Wangsulane g?mang lunga, malah sira mirah nuli, nurutana karsaningwang, dhuh wong ayu sun rabeni, mangsuli manas ati, wuwuse saya dalurung, si anjing k?na sibat, tan k?na ginawe becik, Mara age tutugna dak k?pruk bata.


Gatholoco (menjawab) enggan pergi, malah jika mau, dirimu turutilah kehendakku, duh cantik aku akan menikahimu, (Mlenuk Gembuk) menjawab dengan kata-kata memanaskan hati, namun ucapaan (Gatholoco) semakin keterlaluan, si anjing dicaci maki, karena tidak bisa diberi sopan santun, Lanjutkan ucapanmu kalau ingin aku pukul dengan batu bata (kata Mlenuk Gembuk)!



8. Gatholoco saurira, wideng gal?ng (yuyu) dhuh maskwari, wong ayu bok aja duka, kuwuk mangsa kolang-kaling (luwak), ron kang kinarya kikir (r?mp?las), w?lasana awakingsun, parikan j?nang sela (apu), apuran?n sisip mami, jalak pita (kapodhang) sun cadhang dadiya garwa.


Gatholoco menjawab (tapi dengan berpantun ?wangsalan? ~ wangsalan adalah pantun teka-teki kata khas Jawa), ?wideng? (atau gangsing, yaitu mainan kuno berbentuk bulat dan dimainkan dengan dihentakkan ditanah hingga berputar) yang ada di selokan sawah (binatang YUYU) duh intan adikku, wong ?a-YU (cantik)? janganlah marah, ?kuwuk? (kerang laut) yang suka makan buah kolang-kaling (binatang LUWAK), daun yang dibuat untuk menghaluskan sesuatu (REMPELAS), ?we-LAS- ana (kasihanilah) a-WAK ingsun (diriku ini)?, tersebutlah bubur dari batu (APU ~ Kapur Sirih), ?APU-ranen (maafkanlah)? kelancanganku, burung Jalak berwarna kuning (burung KEPODHANG) aku ?ca-DHANG (harap)? berkenanlah menjadi istriku.



9. Baita kandh?g samudra (labuh), lara wirang sun labuhi, terong alit dh?dhompolan (ranti), bok iya nganti sawarsi, bibis kulineng tasik (undur-undur), say?kti tan n?ja mundur, isih cuwa atiku pan durung l?ga.


Perahu berhenti diatas samudera (ber-LABUH), walaupun harus malu aku ?LABUH-i (Jalani)?, buah terong kecil bergerombol (buah RANTI), walaupun ?ngan-TI (hingga)? setahun, burung bibis yang suka bermain dipasir (binatang UNDUR-UNDUR), sungguh-sungguh aku tak akan ?mun-DUR?, masih akan kecewa hatiku dan belum akan lega (jika belum terlaksana keinginanku).



10. Lan maneh ngong ngrungu warta, gustimu Sang Lupitwati, misuwur lamun waskitha, pint?r mring sabarang ilmi, tan ana kang ngungkuli, sarta wus jum?n?ng Wiku, lamun kapara nyata, manira arsa nandhingi, bantah kawruh sakarsane ilmu apa.


Dan lagi aku mendengar kabar berita, gusti-mu Sang Lupitwati, sangat terkenal waskitha, menguasai segala ilmu, tak ada yang mampu mengunggulinya, serta sudah mencapai taraf Wiku/Bhikku, jika memang benar demikian, aku hendak menandingi, mengajak debat ilmu sejati sekehendak dia ilmu yang mana.



11. Ml?nuk G?mbuk saurira, Badhen?n cangkriman mami, lan soale gustiningwang, R?tna Dewi Lupitwati, soale ?mban cantrik, yen sira ngr?ti sadarum, najan rupamu ala, gustiku Sang Lupitwati, apa dene para c?thi cantrikira.


Mlenuk Gembuk menjawab, Tebaklah teka-tekiku, serta teka-teki gustiku, Retna Dewi Lupitwati, serta teka-teki seluruh emban dan cantrik beliau, jika dirimu mampu menjawab, walau buruk rupamu, gustiku Sang Lupitwati, berikut seluruh cethi dan cantrik beliau.



12. M?sthine nurut kewala, kabeh g?l?m anglakoni, Gatholoco alon mojar, Apa t?m?n tan nyidrani, upamane ngapusi, apa sira wani tanggung, yen sira ora dora, sun jawabe ing samangkin, lah ucapna cangkrimane kaya apa.

Pasti akan menuruti kehendakmu, semua akan mau menjalani sebagai istrimu, Gatholoco pelan berkata, Benarkah tidak ingkar janji? Jika nanti ingkar, apakah kamu mau bertangggung jawab? Jika kamu tidak berbohong, akan aku jawab segera semua teka-teki kalian, segera ucapkanlah teka-tekinya seperti apa.


13. Ml?nuk G?mbuk alon mojar, Ana wit agung siji, pang papat godhonge rolas, k?mbange tanpa winilis, wohe amung k?kalih, mung sawiji trubusipun, mub?ng wolu pangira, puniku ingkang sawiji, pan ana dene ingkang salah satunggal.


Mlenuk Gembuk pelan berkata, Tersebutlah sebuah pohon besar, berdahan empat dan berdaun dua belas, bunganya tak terhitung, buahnya hanya dua biji, hanya satu akarnya, tapi tumbuh bercabang delapan, itu teka-teki pertama, sedangkan teka-teki lainnya adalah.



14. Ingsun ningali maesa, kathahe amung k?kalih, nanging t?lu sirahira, badhen?n cangkriman kuwi, Gatholoco miyarsi, reka-reka tan sumurup, malenggong palingukan, k?cap-k?cap k?thip-k?thip, Ml?nuk G?mbuk gumuj?ng alatah-latah.


Aku melihat kerbau, berjumlah dua ekor, akan tetapi mempunyai kepala tiga buah, jawablah teka-teki ini, Gatholoco mendengarkan, pura-pura tidak paham, terbengong-bengong celingukan, bibirnya komat-kamit dan matanya ketap-ketip, Mlenuk Gembuk tertawa terbahak-bahak.



15. Kowe maneh yen bisaa, ambatang cangkriman iki, dhapurmu ala tur kiwa, Gatholoco anauri, M?ngko dhisik pinikir, supaya bisa kat?mu, mara padha rungokna, wong kabeh aneng ngriki, sun badhene b?n?r luput saksenana.


Mana mungkin kamu bisa memahami, bahkan menjawab teka-teki ini, rupamu buruk dan cacat, Gatholoco berkata, Sabar aku tengah berfikir, agar menemukan jawabannya, sekarang dengarkanlah, semua yang ada disini, aku akan menebak teka-teki itu salah maupun benar saksikanlah.



16. Ananging kalamun salah, aja padha ngisin-isin, bismillah mbadhe cangkriman, cangkrimane wong mrak ati, wit agung mung sawiji, iku jagad t?g?sipun, pang papat iku keblat, godhong rolas iku sasi, trubus siji ?pang wolu iku warsa.


Jika nanti salah, jangan mengolok-olok, bismillah hendak menjawab teka-teki, teka-teki dari manusia yang memikat hati, sebatang pohon besar, itu lambang dari dunia, dahan empat itu lambang dari arah mata angin, daun dua belas itu lambang bulan, akar satu bercabang delapan lambang tahun (tahun hakekatnya terulang satu kali, tapi dinamakan berbeda-beda setiap tahun hingga berjumlah delapan tahun yang disebut satu windu ~ tahun alip, ehe, jimawal, je, dal, be , wawu, jimakir ~ lantas berputar ke tahun alip lagi)



17. K?mbang tanpa wilang lintang, minangka woh loro kuwi, anane surya r?mbulan, lan maneh ingkang sawiji, sira niku ningali, k?bo loro ndhase t?lu, iku wus dadi lumrah, k?bo alam dunya iki, lanang wadon k?t?l wulu sirahira.


Bunga yang tak terhitung adalah lambang bintang, sedangkan buahnya hanya dua itu tak lain adalah matahari dan rembulan, sedangkan teka-teki satunya lagi, kamu melihat kerbau, dua ekor berkepala tiga, itu sudah lumrah didunia, kerbau yang ada di dunia ini, kepala ketiga adalah kepala yang juga ditumbuhi bulu.

(jika dua ekor kerbau jantan dan betina ada dalam satu tempat, maka kepala mereka jika dihitung ada tiga, yang satunya adalah kepala ?penis? kerbau jantan yang ditumbuhi bulu).



18. Gatholoco alon ngucap, Apa b?n?r apa sisip, mangkono pambatangingwang, mring cangkriman iki, Ml?nuk G?mbuk miyarsi, wus kabatang soalipun, rumasa yen kasoran, sedhot mundur sarwi nglirik, alon ngucap saiki narima kalah.


Gatholoco pelan berkata, Apakah benar atau salah, begitulah jawabanku, untuk menjawab teka-teki ini, Mlenuk Gembuk mendengar, sudah terjawab teka-tekinya, merasa terkalahkan, seketika mundur sembari melirik, dan berkata sekarang mengaku kalah.



19. Dudul M?ndut sigra mapan, mesam-mes?m anges?mi, wus ayun-ayunan l?nggah, Gatholoco nulya angling, Soal apa sireki, sun badhene cangkrimanmu, Dudul M?ndut angucap, Mangkene cangkriman mami, mara age badhen?n ingkang pratela.


Dudul Mendut segera maju, tersenyum-senyum memikat, sudah berhadap-hadapan dengan Gatholoco, Gatholoco lantas berkata, Teka-teki apa darimu, akan aku jawab juga, Dudul Mendut berkata, Beginilah teka-teki dariku, segera tebaklah dengan benar.



20. Ing ng?ndi pr?nahe Iman, ing ng?ndi pr?nahe Buddhi, ing ng?ndi pr?nahe Kuwat, apa Kang Luwih Pait, lan Ingkang Luwih Manis, Luwih Atos saking watu, apa kang Luwih J?mbar ngungkuli j?mbaring bumi, apa ingkang Luwih Dhuwur saking wiyat.


Dimanakah kedudukan Iman? Dimanakah kedudukan Buddhi? Dimanakah kedudukan Kuat? Apa yang Lebih Pahit dari semua yang pahit? Apa yang Lebih Manis dari semua yang manis? Apa yang Lebih Keras dari batu? Apa yang Lebih Luas melebihi luasnya bumi? Dan Lebih Tinggi dari langit?



21. Apa ingkang Luwih Panas, ngungkuli panasing g?ni, Luwih Adh?m saking toya, Luwih P?t?ng saking w?ngi, ?ndi aran Ningali, lan ?ndi Kang Luwih Dhuwur, ?ndi Kang Luwih Andhap, apa ingkang Luwih G?lis, akeh ?ndi Wong G?sang karo Wong P?jah.


Apa yang Lebih Panas, melebihi panasnya api? Yang Lebih Dingin dari air? Lebih gelap dari malam? Mana yang Melihat? Dan mana Yang Lebih Tinggi? Dan mana Yang Lebih Rendah? Apa yang Lebih Cepat? Banyak mana manusia Hidup dan manusia Mati?



22. Wong Sugih lawan Wong Nistha, Wong Jalu lawan Wong Estri, Wong Kapir lawan Wong Islam, mara badhen?n saiki, Gatholoco nauri, Pr?nahe Iman puniku, aneng Jantung nggonira, ing Ut?k pr?nahe Buddhi, Otot Balung pr?nah panggonane Kuwat.


(Banyak mana) yang Kaya dan yang Miskin, yang Laki-laki dan yang Wanita, yang Kafir dan yang Islam, segera jawablah sekarang. Gatholoco menjawab, Kedudukan Iman (Keyakinan) ada di Jantung, di Otak kedudukan Buddhi, Otot dan Tulang tempat kedudukan Kekuatan.



23. Pr?nahe Wirang ing Mata, Ing Dunya Kang Luwih Pait, batine wong malarat, dene Ingkang Luwih Manis, batine wong kang sugih, lamun Wong Kang Luwih Lumuh, Kang Blilu tan w?ruh Sastra, ingkang aran Aningali, iku Janma Ingkang Wruh Ilmuning Allah.


Tempat Malu ada di Mata, tempat yang Lebih Pahit adalah di Dunia, menurut mereka yang melarat, sedangkan yang Lebih Manis, menurut mereka yang kaya, yang Lebih Bebal, adalah mereka yang bodoh tak memahami sastra suci, yang disebut Melihat, adalah manusia yang memahami ilmu Allah.



24. Ing ng?ndi Kang Luwih P?rak, Ing Dunya Kang Luwih G?lis, ingkang Luwih Bungahira, iku Marmaning Hyang Widdhi, kang Amba Luwih bumi, y?kti Pand?l?ng puniku, Landh?p Luwih Kang braja, iku Nalare Wong Lantip, Ingkang Adh?m Luwih toya Ati Sabar.


Dimanakan yang Lebih Dekat (kebahagiaan dan kesengsaraan ~ dualitas), di dunia ini juga yang Lebih Cepat, yang Lebih Bergembira (dan yang Lebih Sengsara), itu semua kehendak Hyang Widdhi, yang Luas melebihi bumi, adalah Penglihatan ini, yang Tajam melebihi besi, adalah Kesadaran manusia yang sudah terjaga, yang Dingin melebihi air adalah Hati yang Sabar.



25. Luwih Atos saking sela, Atine Wong Dhangkal pikir, Atine Wong Kang Brangasan, Panase Ngungkuli g?ni, Wong Jalu lan Wong Estri, y?kti akeh Wadonipun, sanajan wujud lanang, tan w?ruh tegese estri, k?na uga sin?but sasat wanita.


Lebih Keras dari batu, adalah Hati manusia yang Kesadarannya sempit, Hati manusia yang penuh keinginan, panasnya melebihi Panas Api, Laki-laki dan Wanita, jelas banyak Wanita-nya, walau berwujud laki-laki, jika tidak memahami makna wanita sejati, bisa disebut juga wanita.



26. Wong Urip lan Wong Palastra, t?m?ne akeh kang Mati, sanajan wujude G?sang, kalamun wong tanpa Buddhi, iku prasasat Mati, Wong Sugih lan Wong Nistheku, m?sti akeh kang Nistha, sanajan Sugih mas picis, lamun bodho tanpa Buddhi tanpa nalar.


Yang Hidup dan yang Mati, sungguh lebih banyak yang Mati, walau terlihat hidup, namun jika tanpa Buddhi (Kesadaran), sungguh dia Mati, yang Kaya dan yang Melarat, banyak yang Melarat, walau kaya harta benda, manakala bodoh tanpa Kesadaran dan tanpa kecerdasan.



27. K?na sin?but Wong Nistha, tan duwe pakarti benjing, kalamun ing rahmatullah, Wong Islam lawan Wong Kapir, Islam Kapir mung lair, yen tan ana anggitipun, m?nawa datan wikan, pranatanira Agami, t?t?p Kapir y?ktine janma punika.


Bisa disebut manusia Melarat, tidak memiliki aktifitas lebih, untuk memahami kasih Allah, yang Islam dan yang Kafir, Islam dan Kafir hanya bisa dibedakan, manakala tidak mampu membangun Kesadaran, manakala tidak memahami, intisari Agama, tetap Kafir manusia yang seperti itu.



28. Wong iku nyata pint?ran, tan k?na den m?janani, Dudul M?ndut mundur sigra, sarwi awacana aris, Wus b?n?r ora sisip, saikine ingsun t?luk, Rara Bawuk gya mapan, mangkana denira angling, Ndika-b?dhek Gus Nganten cangkriman kula.


Orang ini memang pintar, tak bisa dikalahkan, Dudul Mendut segera undur, sembari berkata pelan, Benar jawabanmu, sekarang aku mengaku kalah, Rara Bawuk segera maju, begini katanya, Sekarang tebaklah teka-tekiku manusia Bagus.

http://damar-shashangka.blogspot.com/2010/07/serat-gatholoco-13.html




  




reff : http://suamiperkasa69.blogspot.com/2015/07/serat-gatholoco-13.html


Video yang berkaitan dengan SERAT GATHOLOCO (13)


Related Post

Previous
Next Post »