Benarkah Orang Miskin Dilarang Sakit

Salam persaudaraan buat sobat blogger semua, harapan saya semoga sahabat semua selalu dalam keadaaan yang makmur dan sejahtera. Kali ini kita akan membuka tema tentang Benarkah Orang Miskin Dilarang Sakit."Benarkah Orang Miskin Dilarang Sakit

Benarkah Orang Miskin Dilarang Sakit -
Masyarakat dan Peserta Askes Keluhkan Pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Karimun


RSUD
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Karimun yang terletak di Jalan Poros, Karimun memang belum dapat dijadikan impian masyarakat dapat berobat gratis sepenuhnya, apalagi jika dilihat dari segi pelayanan yang diberikan pihak rumah sakit yang tidak pernah memuaskan, walaupun kategori memuaskan dari pelayanan sebuah rumah sakit relatif, tergantung siapa yang menilai. Namun asumsi masyarakat bahwa orang miskin dilarang sakit, karena akan sakit hati, Mau tau mengapa??, ikuti investigasi awak Koran ini di RSUD Karimun.

Waktu pagi itu menunjukan pukul 09.00 Wib, awak Koran ini sudah sampai diloket pendaftaran, sama seperti masyarakat lainnya yang ingin berobat, diloket ppendaftaran ini diharuskan mengambl nomor antrian, didalam loket pendaftaran, terdapat 4 (empat) staff yang menjamu, namun layar TV yang memunculkan nomor antrian lama berganti huruf, apa pasal?, para staff lebih terlihat bergurau dan tidak konsen bekerja, ada yang tampak tertunduk sambil memegang handphone, tak kala yang lain menerima telephone, dan calon pasienpun terlihat bosan dan sesekali bergumal dalam bibirnya seraya berkata �€œkok lama yah�€� ucap calon pasien tersebut, untuk memudahkan investigasi, awak Koran ini menemani sala satu CPNS Golongan III yang ingin berobat degan kartu Asuransi Kesehatan (Askes), sebut saja namanya MV (nama disamarkan), MV sudah 2 hari demam, namun MV memiliki rekasn sesame CPNS disalah satu bagian di RSUD, dan ternyata membantu untuk menghilangkan antrian yang sangat panjang, pada loket MV menunjukkan angka 81, sedangkan dimonitor masih 29. Bantuan rekan MV memuluskan antrian, setelah mendaftar, MV dan awak Koran ini bergeser ke bagian Nurse Centre, untuk mendaftar lagi guna mencek darah MV, MV ingin tau apakah ada penyakit lain yang dideritanya, di Nurse Centre, MV harus mendaftar dan diarahkan ke Laboratorium (lab), dan tentunya awak Koran ini dan MV masih bersama rekan MV, setelah darah dikucurkan di ruang Lab, MV masih disurh menunggu 1 jam, walaupun sudah memiliki �€œorang dalam�€�, saat menunggu, awak Koran ini bertanya kepada pasien yang masih menunggu hasil test darah, sebut saja Marwan, walaupun dijanjikan 1 jam, namun Marwan sudah menunggu hingga 2 jam, otomatis Marwan mulai jenuh dan kepada awak Koran ini Marwan mengatakan kekecewaannya kepada pelayanan RSUD,, �€œkenapa kita yang miskin dengan kartu berobat Askes tidak dilayani dengan cpat yah, saya bingung pak dan saya jenuh, pakah karena saya orang miskin makanya mereka cuek, masa sih dari tadi hasil labnya tidak keluar, katanya satu jam?�€�ungkap Marwan seraya menundukkna wajahnya. Penasaran akan kinerja para staff Lab, awak Koran ini mencoba menilik apa saja yang dilakukan para staff lab, didalam lab yang dibatasi kaca tebal terlihat santai sambil bergurau, sama halnya dengan pegawai staff di loket pendaftaran, HP dalam genggamanpun masih terlihat kental di tangan para staff lab ini, ada staff yang bergurau canda adapula yang memang bekerja.
Kembali menunggu hasil lab MV, ternyata mennyita waktu hingga 2,5 jam, itupun setelah rekan MV masuk ke lab dan seraya meminta agar hasil lab dipercepat, awak Koran ini dan MV sudah melai jenuh, padahal kondisi MV sudah mulai menunjukan kondisi yang lemas, namun sepertinya para staff Lab tidak mengerti, apakah karena bulan ini bulan puasa?. Setelah hasil lab didapat, MV dan awak Koran ini kembali ke Nurse centre, di Nurse Centre MV masih harus menunggu lagi, tak ayal 1 jam waktupun terbuang disini,dan sama seperti pasien lain, meunggu dan menunggu, ada yang mengguanakan kursi roda adapula di kursi yang telah disediakan, namun sesekali ucapapan kata-kata jenuh masih acapkali terlayangkan dari para pasien �€œlama sekali yah, gimana jika sakitnya parah yah?, sama saja nge-larang orang miskin sakit, terlantar!!�€� ucap salah satu pasien yang duduk dikursi roda menunggu gilirannya dan seperti biasa, para staff �€œbekerja�€� tidak setulus hati, ada yang bergurau dengan rekannya yang lain adapula yang sibuk dengan HP masing-masing. Setelah 1 jam, MV masuk keruangan prakter dokter specialis penyakit dalam, awak Koran inipun ilut masuk, didalam ruangan, tampak dokter pria dan perawat, namun kejadian yang serupa masih terjadi,obrolan canda tawa masih terasa disini dan lagi-lagi HP tetap saja ditangan para ahli penyelamat nayawa ini, 30 menit didalam ruangan ini, resep pun didapatkan MV dan rujukan agar rawat inap pun harus dijalani MV guna observasi penyakit MV, kembali lagi ke Nurse Centre, MV mendaftar rawai inap, MV pun harus menunggu lagi, namun setelah 1 jam, MV tak kunjung dupanggil, awak Koran ini membantu menanyakan kelanjutan pendaftaran MV, ternyata setelah disinggung, staff Nurse centre ternayata Lupa akan berkas yang diberikan awak Koran inidan seraya meminta maaf, �€œmaaf pak saya lupa,�€� ucap staff Nurse Centre, bagaimana jika awak Koran ini ataupun MV lupa menayakan kelanjutan pendaftaran, bisa jadi MV harus menunggu hingga larut malam, sampai piha Nurse Centre ingat sendiri.
Setelah itu, MV harus menebus obat ke Loket 3 sesuai arahan staff Nurse Centre, awak Koran ini membantu MV untuk menebus obat resep dokter, karena MV sudah letih mondar-mandir, diloket 3, ternyata resep obat dari dokter atas Askes ditolak loket obat 3 dengan alas an bahwa loket obat 3 tidak menerima Askes lagi, kembali lagi ke Nurse Centre, diarahkan ke loket obat didekat loket pendaftaran, namun MV diharuskan membayar salah satu resep yang diberikan oleh dokter, MV terkejut, karena baru tau bahwa peserta Askes tidaklah segalanya gratis atau ditanggung pihak Askes, �€œkok bayar ?�€™ Tanya MV heran. Setekah pembayaran dilakukan, MV harus mendaftar ruangan ke loket pendaftaran pertama tadi, 30 menitpun terbuang disini, seperti biasa, para staff sibuk dengan urusannya sendiri. Kembali lagi ke Nurse Centre, dan dibawa keruanganrawat inap. Lokasi rawat inap untuk peserta askes CPNS/PNS golongan III berada dilantai IV diruangan Flamboyan. Diruangan ini masih juga diharuskan mendaftar lagi, setelah didaftar dan memakan waktu 20 menit, setelah ruangan inap dituju,MV terlihat lelah dan merebahkan badannya di tempat tidur rawat inap menunggu infuse masuk ketubuh MV, karena rujukan dokter harus di infuse dan awak Koran ini masih tetap bersama MV, namun ironisnya walauapun 1 jam berlalu, MV tak kunjung di Infus, hingga MV tertidur karena jenuh menunggu, acap kali awak Koran ini meminta agar selang infuse dipasang, namun para staff terlihat tidak melakukan tindakan apapun, setelah jenuh di ingatkan awak Koran ini, akhirnya 30 menit kemudian selang infuse dipasang. Dideretan ruangan MV, sesekali pasien rawat inap lainnya, atauyag menemani pasien terlihat berlari ke ruangan loket pelayanan Flamboyan dan berkata bahwa selang infusnya mandet, ada yang datang mengatakan selang infusnya habis, namun tidak langsung direspon,malah para staff terlihat membicarakan makanan buka puasa nantinya apa, padahal waktu buka puasa masih lama, setelah keluarga datang berulang kali barulah kekurangan yang dikeluhkan ditangani.
MV adalah contoh masyarakat dengan latarbelakang pegawai negeri atau aparat pemerintahan, bagaimana dengan masyarakat lainnya yang membawa rujukan Jamkesnas?, pembaca sudah dapat mengerti berapa lama waktu yang dibutuhkan agar dapat dilayani di RSUD, dari kalkulsi waktu yang terbuang, MV hampir 7 Jam hanya agar dapat rawat inap di RSUD kebanggan masyarakat karimun, lalu inikesalahan siapa?.
Ketika hal ini ditanyakan kepada Diretur RSUD, Drg Agung Martyanto MM MKes, namun tidk berada ditempat, bahkan sekretaris atau tidak ada satupun orang terlihat berada di ruangan penguasa RSUD ini.
Diruangan terpisah, Oktav, Kepala Divisi Askes Karimun mengatakan kepada Koran ini rasa terima kasihnya karena telah memberikan saran, Oktav mengatakan keluhan yang awak Koran ini konfirmasi memang sering didengar langsung secara lisan daro peserta Askes yang berobat ke RSUD, namun mengenai pelayanan yang kurang memuaskan dari RSUD di akuinya,dan Oktav berjanji akan mengkoordinasikan hal tersebut kepada pihak manajeman RSUD, ketika disinggung keluhan apa saja yang sering dilontarkan peserta Askes, Oktav mengatakan peresep-an obat dari dokter diluar daftar obat yang disediakan askes yang banyak dikeluhkan, seperti jarum suntik yang dibeli oleh MV dengan biaya sendiri, �€œkeluhan yang banyak kami terima yaitu peresep-an dari dokter diluar yang telah disediakan oleh Akes, sehingga pasien harus mengelurakan biaya sendiri�€� ucapnya
Mengenai perubahan loket obat bagi peserta askes, Oktav menambahkan, bahwa staff yang masuk pada tahun 2008 sudah dilakukan sosialisasi mengenai perubahan loket obat, kembali lagi kepada pelayanan yang kurang memuaskan, Oktav menyarankan agar member tahu kepada staff Askes yang berada dilantai 1, �€œjika ada keluhan agar disampaikan kepada Askes, baik lisan atau tulisan, dan akan kita bantu, pihak Askes sendiri sering kali melakukan Observasi atas pelayanan yang diterima peserta Askes, seperti yang ditemuai Awak Koran ini, Staff Askes bertandang keruangan Flamboyan lantai 4 kamar 407 dan menyakan pelayanan RSUD kepada peserta Askes dan memberikan Souvenir dari Askes.
Bagaimana tanggapan pihak manajemen RSUD dan ikuti penelusuran awak Koran ini berikutnya, penelusuran yang dilakukan awak Koran ini berdasarkan keluhan masyarakat, dan jika anda memiliki keluhan atas pelayanan public lainnya sampaiakan keredaksi Koran Komunitas, karena kebutuhan layanan Publik adalah kebutuhan kita bersama.(Romy)


Sumber: http://korankomunitas.wordpress.com/
"
Source : http://lucu-menarik.blogspot.com/2012/06/benarkah-orang-miskin-dilarang-sakit.html

         Akhir kata semoga postingan tentang Benarkah Orang Miskin Dilarang Sakit yang saya buat ini dapat bermanfaat untuk pembaca sekalian.



Video yang berkaitan dengan Benarkah Orang Miskin Dilarang Sakit


Related Post

Previous
Next Post »