LATAR BELAKANG SEJARAH Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â
           Berita tentang nama Cirebon menurut sumber Portugis, didapat dari Tome Pires yang mengunjungi Cirebon pada tahun 1513 yang menyebut Cirebon dengan “Cherimon†menurut catatan Pires, Cirebon adalah sebuah pelabuhan yang indah dan selalu ada tempat empat sampai lima kapal yang berlabuh disana.
![]() |
Cirebon abad 16-17 (Denyslombard, 2000) |
      Menurut sumber Belanda yang berkurun abad 16 Masehi awal, Cirebon disebut sebagai “Charabonâ€, sedangkan dari sumber yang lebih muda disebutnya dengan “Cheribonâ€, atau Tjerbon (Johan, 1995/1996:2 dalam Depdikbud, 1998:14). Sedangkan menurut naskah Carita Purwaka Caruban Nagari, yang disusun oleh pangeran Arya Carbon pada 1720, istilah Cirebon asalnya dari kata “Caruban†, kemudian “Carbon†dan akhirnya “Cirebonâ€.
           Caruban berarti campuran, karena tempat itu (Cirebon) dahulunya didiami oleh penduduk dari berbagai bangsa, agama, bahasa, dan tulisan mereka menurut bawaannya masing-masing serta pekerjaan mereka berlainan. Wali Sanga menyebutnya “puser jagat†karena terletak di tengah-tengah pulau Jawa. Penduduk setempat menyebutnya “Nagari Gede†yang kemudian menjadi “Garege†dan selanjutnya menjadi Grage. Menurut orang tua setempat Grage berasal dari “Glagiâ€, yaitu nama udang kering bahan untuk membuat terasi. Secara kiratabasa (Volksetymologi) berasal dari Ci-rebon. Ci bahasa sunda berarti air dan rebon, sejenis udang kecil yang merupakan bahan membuat terasi (Atja, 1972: 1 dalam Depdikbud, 1998:14).
Masa Kesultanan
           Awal munculnya kekuasaan Cirebon ditandai pada abad ke-15 dimana Pakungwati, putri dari Pangeran Walangsungsang (anak Prabu Siliwangi) menikah dengan Syarif Hidayatullah (anak Putri Rarasantang yang menikah dengan bangsawan Mesir) yang kemudian mengembangkan agama Islam dan kerajaan Islam Cirebon. Selain itu, sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah) juga menikah dengan putri kaisar Cina bernama Ong Tien Nio. Perkawinan ini dibuktikan dengan banyaknya keramik Cina sebagai hiasan tembok di dalam keraton, masjid, dan makam.
           Masa kejayaan kerajaan Cirebon adalah pada masa Sunan Gunung Jati atau sampai dengan 1649 M. Usaha-usahanya meliputi: memperluas wilayah kekuasaan hingga pelosok Jawa Barat, memperbaiki sarana transportasi laut dan darat, membentuk pasukan keamanan, dan mempererat persekutuan dengan Demak. (Sulendraningrat, 1984: 47 dalam Harkatiningsih, 2004: 10).
           Sunan Gunung Jati wafat pada 1568 M, dan digantikan oleh pangeran Pasarean. Sepeninggal Pangeran Girilaya, terjadi perebutan kekuasaan di kerajaan Cirebon dan keraton pada akhirnya dibagi menjadi 3; yaitu keraton Kasepuhan, Kanoman dan Kacirebonan.
Bangunan-bangunan:
![]() |
Gua Sunyaragi, terletak di luar kota tepatnya di jalan Brigjen Dharsono. Merupakan bangunan taman (air) bagi keluarga keraton dan sekaligus merupakan tempat untuk bersemadi. |
![]() |
Keraton Kanoman Cirebon. Terletak di jalan Kanoman dan berdekatan dengan lokasi pasar dan ruko-ruko pemukiman Cina. |
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
EmoticonEmoticon