Komunikator Kehidupan Ilahi


Esensi kekristenan adalah menerima keselamatan kekal. Jadi ingatlah, bahwa kekristenan bukan hanya soal dari susah menjadi bahagia, dari bangkrut menjadi sukses besar, atau dari miskin menjadi kaya. Terima dan kerjakanlah keselamatan yang sudah ada padamu, dan jadilah komunikator kehidupan ilahi dengan cara membagikan keselamatan itu bagi orang-orang lain yang belum mengenal ALLAH!

LUKAS 17:34-36
(34) AKU berkata kepadamu: Pada malam itu ada dua orang di atas satu tempat tidur, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan. (35) Ada dua orang perempuan bersama-sama mengilang, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan. (36) Kalau ada dua orang di ladang, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan.

Tujuan yang utama dan yang akhir dari kekristenan adalah menerima keselamatan dan berhak masuk ke dalam Kerajaan Surga kelak. Tetapi, ternyata tidak semua orang Kristen akan masuk ke dalam Surga. Untuk menjelaskan hal ini, YESUS memberikan sebuah contoh, bahwa ada dua orang yang di atas tempat tidur yang sama, yang satu akan diangkat naik ke Surga sedangkan yang lain ditinggalkan. 'Tempat tidur' yang sama dapat kita artikan sebagai tempat ibadahnya yang sama, tetapi ada jemaat yang diangkat untuk masuk Surga dan ada juga yang tertinggal (tidak masuk Surga).

Contoh yang YESUS berikan berikutnya adalah tentang dua orang yang sedang mengiling (menggiling sesuatu, misalnya gandum atau biji zaitun) atau melakukan pekerjaan yang sama, di tempat yang sama, dan dalam waktu yang bersamaan juga. Tetapi ketika datang masa pengangkatan, yang satu diangkat sedangkan yang lainnya tidak.

Dari kedua contoh di atas, YESUS ingin menjelaskan bahwa status keselamatan seseorang merupakan tanggung jawab pribadi masing-masing. Setiap orang harus menerima dan mengerjakan keselamatan yang dari TUHAN secara pribadi lepas pribadi. Sebab, keselamatan berbicara tentang keputusan dan tindakan manusia secara pribadi yang tak dapat diwakilkan kepada orang lain. Contohnya, jika seorang anak beriman dan berhak masuk Surga, maka orangtuanya tidak secara otomatis juga memiliki hak yang sama tanpa perlu beriman.

Bagian selanjutnya yang harus diperhatikan berkaitan dengan keselamatan adalah, sudahkah kita memiliki rasa peduli terhadap orang-orang di lingkungan terdekat kita? Dari contoh ayat yang sudah kita baca, YESUS sesungguhnya juga ingin mengajarkan kita tentang sebuah nilai kepedulian terhadap orang lain. Keselamatan memang merupakan persoalan pribadi lepas pribadi. Tetapi, kita harus peduli terhadap keselamatan orang-orang yang dekat dengan kita sehingga mereka pun mendapat bagian dalam Kerajaan Surga. Karena itu, diperlukan usaha kita untuk membawa orang yang dekat dengan kita (keluarga, teman atau sahabat, dan lain-lain) untuk menerima keselamatan.

Maukah Anda menjadi seorang komunikator kehidupan Ilahi bagi orang lain? Bagikanlah keselamatan yang sudah kita terima. Perkenalkanlah mereka (maksudnya adalah orang-orang yang belum mengenal KRISTUS) kepada Sang JURUSELAMAT sehingga kehidupan mereka dilingkupi kuasa Ilahi, dan sehingga mereka percaya dan layak untuk menerima keselamatan kekal. Alangkah bahagianya jika kita melihat keluarga dan sahabat-sahabat kita (juga saudara seiman) sama-sama menikmati indahnya Surga itu!

HAKIM-HAKIM 11:30-31, 34-36
(30) Lalu bernazarlah Yefta kepada TUHAN, katanya: "Jika ENGKAU sungguh-sungguh menyerahkan bani Amon itu ke dalam tanganku, (31) maka apa yang keluar dari pintu rumahku untuk menemui aku, pada waktu kembali dengan selamat dari bani Amon, itu akan menjadi kepunyaan TUHAN, dan aku akan mempersembahkannya sebagai korban bakaran." (34) Ketika Yefta pulang dari Mizpa ke rumahnya, tampaklah anaknya perempuan menyongsong dia dengan memukul rebana serta menari-nari. Dialah anaknya yang tunggal; selain dari dia tidak ada anaknya laki-laki atau perempuan. (35) Demi dilihatnya dia, dikoyakkannyalah bajunya sambil berkata: "Ah, anakku, engkau membuat hatiku hancur luluh dan engkaulah yang mencelakakan aku; aku telah membuka mulutku bernazar kepada TUHAN, dan tidak dapat aku mundur." (36) Tetapi jawabnya kepadanya: "Bapa, jika engkau telah membuka mulutmu bernazar kepada TUHAN, maka perbuatlah kepadaku sesuai dengan nazar yang kauucapkan itu, karena TUHAN telah mengadakan bagimu pembalasan terhadap musuhmu, yakni bani Amon itu."

Ketika memimpin rakyat Israel dalam pertempuran melawan bani Amon, Yefta sebagai pemimpin Israel bernazar kepada TUHAN. Ini membuktikan bahwa iman Yefta berkualitas, sebab dalam menghadapi peperangan ia melibatkan TUHAN dengan cara berdoa yang disertai dengan nazar. Nazar atau janji yang diucapkan Yefta adalah, jikalau ia memenangkan pertempuran melawan bani Amon, apa saja yang keluar pertama kali dari pintu rumahnya menyambut Yefta, itulah yang akan menjadi milik TUHAN.

Singkat cerita, TUHAN menyerahkan bani Amon ke tangan Yefta dan bangsa Israel. Saat Yefta pulang dari pertempuran, ternyata yang pertama keluar dari pintu rumahnya adalah anak perempuannya, anak tunggal Yefta. Sesuai nazarnya, Yefta harus menyerahkan anak tunggalnya tersebut menjadi pelayan TUHAN yang tidak akan menikah. Berarti, garis keturunan Yefta terputus sampai di sini.

Kondisi ini membuat Yefta maupun anak perempuannya berada dalam situasi yang sangat sulit. Jika Yefta menepati nazarnya, ia tak mungkin menimang cucu dan garis keturunannya terputus. Tetapi apabila ia mundur dari nazarnya, besar kemungkinan ia akan kehilangan keselamatan dan Surga. Dalam kondisi yang sukarnya sedemikian rupa, respons anak perempuan Yefta sungguh perlu diancungi jempol. Ia mengingatkan ayahnya untuk menepati nazarnya kepada TUHAN.

Merupakan hal yang sangat indah apabila kita saling mengingatkan dan menguatkan di antara orang-orang terdekat kita, terlebih lagi di antara saudara-saudara kita seiman. Ketika iman Yefta mulai goyah, anak perempuannya mengingatkan dan menguatkan Yefta. Anak perempuan Yefta ini menjadi sang komunikator kehidupan Ilahi bagi ayahnya. Dengan demikian, baik Yefta dan anaknya tidak kehilangan keselamatan. Mereka tetap hidup dalam kehidupan Ilahi, yang di dalamnya ada kemenangan di bumi serta keselamatan kekal di Surga.

Jadi, sudahkah kita memperkenalkan TUHAN kepada orang-orang yang belum mengenalNYA? Sudahkah kita menjadi sang komunikator kehidupan Ilahi bagi orang-orang terdekat kita? Maukah Anda melihat orang-orang terdekat kita menikmati Kerajaan Surga bersama-sama? Tentu Anda akan menjawab ya; begitu pun saya pribadi. Keselamatan telah kita terima. Tetapi jangan lupa, bagikanlah keselamatan itu kepada orang-orang lain. Belajarlah peduli. Belajarlah menjadi seorang komunikator kehidupan Ilahi bagi orang lain. Belajarlah mengingatkan (menegur) dan menguatkan saudara kita seiman agar mereka tak kehilangan keselamatan yang sudah mereka terima secara cuma-cuma tersebut.

2 TIMOTIUS 1:5
(5) Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus iklas, yaitu iman yang pertama-tama hidup dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu.

Timotius menjadi generasi ketiga dalam keluarganya yang hidup dalam iman. Iman dalam keluarga Timotius telah tumbuh pada neneknya bernama Lois, berlanjut kepada ibunya yang bernama Eunike, dan kemudian kepada Timotius sendiri. Iman yang ada pada ketiga generasi ini tidak secara tiba-tiba atau otomatis timbul begitu saja.

Lois sebagai orang beriman, menjadi sang komunikator kehidupan Ilahi bagi anaknya Eunike dengan cara mengajar dan mengingatkan Eunike untuk beriman kepada TUHAN. Kemudian berlanjut; Eunike sebagai ibu dari Timotius juga menjadi sang komunikator kehidupan Ilahi bagi anaknya agar Timotius juga memiliki iman yang sama kepada TUHAN saja. Sehingga, baik Lois, Eunike, maupun Timotius, sama-sama beriman dan berhak menerima keselamatan kekal, berhak memiliki Surga. Jadi sekali lagi, untuk masuk Surga tidak cukup hanya menjadi keturunan orang beriman saja. Secara pribadi setiap orang harus memiliki iman kepada YESUS.

Jika saat ini kita memiliki iman kepada YESUS, maka kita sudah menerima keselamatan dari padaNYA. Tetapi, janganlah melupakan satu tugas penting untuk membagikan iman itu kepada orang-orang terdekat kita. Dengan kata lain, saat ini belajarlah menjadi seorang komunikator kehidupan Ilahi bagi orang lain; sehingga mereka juga memiliki iman yang sama seperti kita.

Seorang ayah pasti akan berbahagia ketika melihat anak-anaknya ataupun orang-orang yang dikasihi selalu hidup dalam iman kepada TUHAN. Hendaknya iman yang telah tumbuh terus dijaga dari generasi ke generasi. Inilah kebahagiaan yang tiada taranya ketika kita beserta semua orang yang ada di dekat kita tidak kehilangan keselamatan yang dari pada TUHAN dan dapat menikmati Surga bersama-sama. AMIN!


NB:
Renungan di atas ini diambil dari Saat Teduh saya pada 22 Juli 2015.



reff : http://adolescentofchrist.blogspot.com/2015/08/komunikator-kehidupan-ilahi.html

reff : http://adolescentofchrist.blogspot.com/2015/08/komunikator-kehidupan-ilahi.html


Video yang berkaitan dengan Komunikator Kehidupan Ilahi


Related Post

Previous
Next Post »